REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Perbedaan perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H tampaknya tak terelakkan. Jauh-jauh hari, Muhammadiyah sudah menetapkan Idul Fitri jatuh Selasa, 30 Agustus 2011.
Sementara, Nahdlatul Ulama, Mathla’ul Anwar, Persis, Al-Washliyah, belum menetapkan tanggal resmi. Ketua Umum PP Asosiasi Dosen Ilmu Falak Indonesia (ADFI), Dr Ahmad Izzuddin memastikan, perayaan Idul Fitri tahun 2011 ini akan berbeda antara Muhammadiyah dengan pemerintah.
“Hampir bisa dipastikan bahwa 99 persen akan terjadi perbedaan perayaan Idul Fitri,” ujar Ahmad Izzuddin saat dihubungi Republika, Selasa (23/8) dari Jakarta.
Koordinator Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Lajnah Falakiyah PBNU ini menjelaskan, pada Selasa (30/8), posisi hilal sudah berada diatas ufuk, namun masih dibawah dua derajat. “Dengan posisi seperti itu, sangat mustahil untuk terlihat bulan dengan mata telanjang,” ujarnya.
Sebelumnya, wakil ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Oman Faturrahman, beberapa waktu lalu, mengimbau warga Muhammadiyah untuk bersama-sama merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H pada Selasa, 30 Agustus 2011.
Ia mengatakan, perbedaan penetapan 1 Syawwal 1432H, sangat mungkin terjadi selama pemerintah menggunakan Imkanur Rukyat dengan mensyaratkan dua derajat. "Selama ini Muhammadiyah menggunakan metode Wujudul Hilal yang berarti berapapun derajatnya, apabila hilal telah wujud, maka dipastikan esoknya merupakan awal bulan," jelasnya.