Umat Islam Belum Terapkan Kebiasaan Cuci Tangan Secara Konsisten

Rep: Agung Sasongko/ Red: Johar Arif

Selasa 09 Aug 2011 13:25 WIB

Mencuci tangan Foto: . Mencuci tangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Berlimpahnya makanan, minus cuci tangan, lalu dibarengi nafsu balas dendam saat berbuka puasa acapkali menjadi bumerang bagi setiap Muslim. Penyakit semisal sakit perut dan diare siap mengintai.

Alumni Dai TPI,  Ustadz Noor Albar, mengatakan Islam mengajarkan umatnya untuk hidup bersih. Salah satu bentuk ajaran itu adalah memerintahkan kepada setiap Muslim untuk mencuci tangan. “Selain mandi, menjaga kebersihan tangan merupakan kebiasaan sehat yang sangat dianjurkan,” kata dia, saat berbicara Obrolan Sehat Ramadhan "Bersihkan Diri, Hari Kemenangan Menanti, Selasa (9/8).

Noor menjelaskan dalam sebuah kisah, istri Nabi Muhammad, Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan Rasulullah bila hendak makan maka beliau mencuci kedua tangannya terlebih dahulu. “Nah Nabi saja cuci tangan sebelum makan. Ini salah satu tauladan beliau yang harus diikuti umat Islam,” kata .

Namun, diakui Noor, kebiasaan mencuci tangan belum dikerjakan secara konsisten dan istimirariyah (terus menerus). Akibatnya, dalam umat belum terbentuk kebiasaan sehat. “Coba saja kalau berbuka, apakah sebagian umat berpikir untuk mencuci tangan lebih dahulu,” kata dia.

Tentunya, ungkap Noor, menciptakan kebiasaan sehat perlu dipupuk secara terus menerus dan berkesinambungan. Penciptaan kebiasaan itu bisa dilakukan saat ini, ketika umat Islam tengah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Setiap umat muslim diharapkan dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mendapatkan kemuliaan di bulan ramadhan. “Oleh karena itu menjaga kesehatan di bulan Ramadhan menjadi sangat penting agar dapat menjalankan ibadah dengan baik dan dengan hati bersih menyambut hari kemenangan,” kata dia.