REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH - Koalisi Barisan Guru Bersatu (KOBAR-GB) Aceh menilai pemberlakuan waktu belajar untuk anak sekolah pada bulan Ramadhan di Banda Aceh tidak efektif, sehingga bisa memberikan dampak negatif bagi siswa sendiri. "Hasil penelitian kami, banyak siswa yang mengaku buka puasa akibat berpergian sekolah. Ini mengindikasikan bahwa proses penerapan belajar mengajar di bulan Ramadhan tidak efektif," kata Ketua Kobar GB Aceh Sayuthi Aulia di Banda Aceh, Senin (8/8).
Dijelaskannya, dari hasil survei tersebut para siswa buka puasa karena mereka pulang sekolah pukul 13.30 WIB serta harus menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki. "Untuk mendapatkan kenderaan umum, para siswa mengaku harus berjalan kaki hingga 1 km," kata Sayuthi.
Dia menambahkan, penerapan sistem belajar mengajar seperti hari-hari biasa pada bulan Ramadhan yang dikeluarkan Pemko Banda Aceh telah menimbulkan efek buruk bagi siswa yang masih dalam latihan berpuasa. "Banyak pihak akan berdosa akibat tidak tahannya siswa berpuasa karena bersekolah apalagi kondisi cuaca sangat panas saat ini," kata Sayuthi.
Karena itu, pimpinan KOBAR-GB Aceh berharap agar pihak Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh agar tidak tinggal diam dengan pesoalan ini. Sudah banyak anak-anak yang mengaku tidak berpuasa akibat kebijakan tersebut.
"Seharusnya pihak Pemerintah Kota Banda Aceh harus meninjau kembali terkait dengan kebijakan ini, sehingga bisa memberikan kemaslahatan bagi siswa-siswi," pintanya.
Sayuthi menyarankan agar kegitan Ramadhan tetap dilaksanakan Pemko Banda Aceh, misalnya pesantren kilat dan training Ramadhan, karena semua materi yang termaktub dalam kegiatan tersebut tentang agama. "Mudah-mudah Pemko akan melaksanakannya," demikian Sayuthi.