REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keterlambatan waktu kedatangan bus rupanya telah menjadi persoalan klasik yang belum juga ditemukan solusinya. Permasalahan itu kian membebani kala fenomena tersebut muncul di tengah momen mudik lebaran.
Salah seorang pemudik di Terminal Rawamangun, Migy Sasi (20) tampak sedikit gelisah di tengah penantiannya menunggu bus. Staf Personalia Sriwijaya Air itu mengaku telah menunggu bus menuju Brebes selama satu jam.
"Agak gelisah juga menunggu bus, karena biasanya saya naik kereta yang jam kedatangannya tepat waktu," keluh Migy sambil memangku tas ranselnya di kursi tunggu terminal.
Suasana hati serupa juga dirasakan Fakhrudin Farid (30) yang tengah menunggu bus menuju Trenggalek, Jawa Timur. Kendati belum menunggu lama, Farid mengaku sedikit stress dengan keterlambatan bus yang akan dia tumpangi.
Namun begitu, teknisi di salah satu perusahaan mesin di daerah Karawang tersebut menyatakan dapat menolerir keterlambatan bus. Syaratnya, ucap dia, rentang waktu keterlambatan tidak sampai dua jam.
"Sekarang kan baru telat setengah jam, kalau sudah dua jam baru tidak bisa ditolerir," tutur Farid kepada ROL.
Menanggapi persoalan itu, Kepala Terminal Bus Rawamangun, Didi Sadiry, berkilah jika keterlambatan bus sangat dipengaruhi tingkat kepadatan lalu lintas jalan raya. Berbeda dengan kereta yang relatif tanpa hambatan, Didi meninlai bus relatif tidak bisa lepas dari kemacetan.
"Apalagi sekarang musim mudik, bus yang menuju Jakarta kerap terjebak macet, makanya kadang suka terlambat datang," papar Didi di ruang kerjanya.