Jumat 28 Apr 2023 12:36 WIB

Libur Lebaran, Okupansi Hotel di Solo Tinggi Namun Lebih Singkat

Puncak okupansi hotel hanya mampu di angka empat hari.

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
Menginap di hotel (ilustrasi)
Foto: Antara/Noveradika
Menginap di hotel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --  Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Solo mencatat ada perbedaan periode okupansi selama libur Lebaran tahun ini dibandingkan dengan 2022.

"Kami merasakan dengan periode Lebaran tahun lalu dari segi okupansi sama. Rata-rata tingginya tahun lalu sama di atas 90 persen. Namun periode okupansinya tidak selama tahun lalu," kata Humas PHRI Solo, Sistho A Sreshto ketika dihubungi.

Ia menjelaskan okupansi hotel di Solo saat libur Lebaran masih di kisaran 93 persen, namun puncak okupansi hotel hanya mampu di angka empat hari. Berbeda dengan 2022 yang bisa bertahan sampai satu pekan penuh.

"Tahun ini, sekitar empat hari titik puncak H-1 sampai H+2. Tahun lalu sedikit lebih lama dari H-3 sudah mulai naik. H+3 masih terjaga," ujarnya.

Sistho menduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat okupansi tersebut. Di antaranya  minimnya atraksi malam hari di Solo yang membuat wisatawan enggan menginap. Akhirnya, mereka lebih memilih menginap di daerah lain seperti Yogyakarta yang menawarkan atraksi malam hari.

"Ketika datang ke Solo atraksi lebih banyak siang hari. Solo Safari, Mangkunegaran, Masjid Raya Sheikh Zayed one day tour, sehingga menginap di Jogja. Aktivitas di Jogja malam masih ada," jelasnya.

Selain itu, pihaknya berpandangan bahwa tahun ini masyarakat tidak merasakan euforia dari pembatasan pandemi covid-19. Akibatnya, tingkat okupansi hotel pun cenderung landai.

"Apa karena tahun lalu Lebaran pertama setelah PPKM sehingga masyarakat euforia. Tahun ini mungkin agak landai,"  ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement