Ahad 16 Apr 2023 12:32 WIB

Paramiliter Sudan Klaim Duduki Istana Kepresidenan

Meriam dan kendaraan lapis baja dikerahkan di jalan-jalan ibu kota

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ferry kisihandi
Demonstran Sudan turun ke jalan menyerukan pemerintahan sipil dan mencela pemerintahan militer, di Khartoum, Sudan, Ahad 31 Juli 2022.
Foto: AP Photo/Marwan Ali
Demonstran Sudan turun ke jalan menyerukan pemerintahan sipil dan mencela pemerintahan militer, di Khartoum, Sudan, Ahad 31 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Kelompok paramiliter utama Sudan mengeklaim telah merebut istana kepresidenan, kediaman panglima militer dan bandara internasional Khartoum pada Sabtu (15/4/2023) dalam upaya kudeta. 

The Rapid Support Forces (RSF), kelompok tersebut juga mengatakan mereka telah mengambil alih bandara di Kota Merowe dan el-Obeid. Situasi di lapangan masih belum diketahui. Tentara Sudan mengatakan, mereka sedang melawan RSF. 

Militer menyangkal RSF telah merebut Bandara Merowe. Konfrontasi besar antara RSF dan tentara dapat menjerumuskan Sudan ke dalam konflik sipil yang meluas, karena negara tersebut telah berjuang melawan kehancuran ekonomi dan kekerasan suku.

RSF menuduh tentara melakukan plot oleh loyalis presiden terguling Omar Hassan al-Bashir dan mencoba melakukan kudeta sendiri. 

Angkatan udara Sudan sedang melakukan operasi melawan RSF. Cuplikan video di televiai menunjukkan sebuah pesawat militer di langit di atas Khartoum. Tetapi video itu tidak dapat dikonfirmasi secara independen.

Sementara tembakan terdengar di beberapa wilayah Khartoum dan saksi mata melaporkan penembakan di kota-kota yang berdekatan. Seorang jurnalis Reuters melihat meriam dan kendaraan lapis baja dikerahkan di jalan-jalan ibu kota dan mendengar tembakan senjata berat di dekat markas tentara dan RSF.

Dokter mengatakan bentrokan telah terjadi di lingkungan perumahan dan setidaknya tiga warga sipil tewas. Bentrokan juga terjadi di markas besar televisi pemerintah Sudan."Terjadi baku tembak di Merowe," kata saksi mata kepada Reuters.

Saksi mata itu mengatakan , bentrokan meletus antara RSF dan tentara di Kota El Fasher dan Nyala di Darfur. Kekuatan internasional, termasuk AS, Rusia, Mesir, Arab Saudi, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Uni Eropa menyerukan agar permusuhan diakhiri. 

Duta Besar AS untuk Sudan, John Godfrey, mengatakan eskalasi ketegangan untuk pertempuran langsung sangat berbahaya. Dia dan staf kedutaan berlindung di tempat yang aman.

Tentara mengatakan RSF telah mencoba menyerang pasukannya di beberapa posisi setelah saksi melaporkan tembakan senjata berat di beberapa bagian negara itu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadi konflik besar-besaran.

RSF mengatakan pasukannya diserang terlebih dahulu oleh tentara. Sebelumnya, RSF, yang dipimpin mantan pemimpin milisi Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo atau Hemedti, mengatakan, tentara mengepung salah satu pangkalannya dan melepaskan tembakan dengan senjata berat.

RSF di bawah Hemedti dibentuk dari milisi yang dituduh melakukan kejahatan perang dalam konflik Darfur.  Pada Juni 2019, pasukan keamanan yang dipimpin oleh RSF dituduh menggerebek kamp pro-demokrasi Khartoum dan yang menewaskan hampir 130 orang.

Hemedti telah menjadi wakil pemimpin Dewan Kedaulatan yang berkuasa yang dipimpin oleh Jenderal Angkatan Darat Abdel Fattah al-Burhan sejak 2019. Hemedti pernah menjadi salah satu pemimpin milisi yang paling ditakuti dan kejam di Darfur. 

Hemedti telah menempatkan dirinya di garis depan transisi terencana menuju demokrasi. Posisinya meresahkan sesama penguasa militer dan memicu mobilisasi pasukan di Ibu Kota Khartoum.

Partai politik sipil telah menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan awal dengan tentara dan RSF. Para partai politik sipil itu meminta mereka untuk menghentikan permusuhan. Kedutaan Rusia juga menyerukan diakhirinya kekerasan.

Permusuhan itu terjadi setelah ada ketegangan selama berhari-hari antara tentara dan RSF. Hal ini dapat merusak upaya jangka panjang untuk mengembalikan Sudan ke pemerintahan sipil setelah perebutan kekuasaan dan kudeta militer.

Keretakan antara pasukan muncul pada Kamis (13/4/2023) ketika tentara mengatakan bahwa, ada pergerakan ilegal oleh RSF di Merowe.  

RSF mulai mengerahkan kembali unit-unitnya di Khartoum dan di tempat lain di tengah pembicaraan tentang integrasinya ke dalam militer di bawah rencana transisi yang akan mengarah pada pemilihan baru.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement