Rabu 05 Apr 2023 15:21 WIB

Korea Selatan Lakukan Uji Sampel Limbah Covid-19

Korsel akan melakukan tes pada sampel limbah yang dikumpulkan dari 64 fasilitas

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Korea Selatan bulan ini akan memulai pengujian limbah mingguan yang diproduksi oleh kota-kota besar untuk melacak penyebaran Covid-19 dan mengidentifikasi munculnya gelombang Covid di masa depan.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Korea Selatan bulan ini akan memulai pengujian limbah mingguan yang diproduksi oleh kota-kota besar untuk melacak penyebaran Covid-19 dan mengidentifikasi munculnya gelombang Covid di masa depan.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Korea Selatan bulan ini akan memulai pengujian limbah pekanan yang diproduksi oleh kota-kota besar untuk melacak penyebaran Covid-19 dan mengidentifikasi munculnya gelombang Covid di masa depan.

Pejabat di Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengatakan pada Rabu (5/4/2023), pengawasan air limbah berpotensi memberikan alat yang lebih murah dan berkelanjutan dalam merespons pandemi negara tersebut. Mereka mengatakan itu juga dapat meningkatkan deteksi wabah lain, seperti influenza, norovirus, atau bakteri yang telah resistan terhadap obat.

Menurut rencana, petugas kesehatan akan melakukan tes pada sampel limbah yang dikumpulkan dari 64 fasilitas air limbah nasional setidaknya seminggu sekali dan secara teratur dan merilis analisis hasil tes di situsnya.

KDCA mengatakan uji coba baru-baru ini yang dijalankan dengan pemerintah kota dan provinsi menunjukkan bahwa tingkat patogen yang ditemukan dalam sampel limbah sebagian besar sejalan dengan tren infeksi di daerah tersebut, dan menegaskan nilai pengujian air yang dikeluarkan dari keran, toilet, dan bak mandi. Tes serupa juga telah diadopsi di Amerika Serikat.

Korea Selatan telah mempertahankan respons Covid-19 yang ketat berdasarkan pengujian agresif, pelacakan kontak, dan karantina selama bagian awal pandemi. Tetapi telah melonggarkan sebagian besar kontrol virusnya sejak tahun lalu karena lonjakan varian omicron membuat strategi penahanan tersebut tidak relevan.

Pejabat Pemerintah Korsel juga berusaha keras untuk menghidupkan kembali ekonomi sektor jasa yang hancur dan menarik lebih banyak wisatawan. Rencana mereka untuk pengujian air limbah juga merupakan perpanjangan dari pendekatan yang lentur tapi tidak merusak ekonomi mereka dengan Covid-19.

Kebijakan yang mentolerir penyebaran virus corona di antara populasi yang lebih luas, sambil memusatkan sumber daya medis untuk melindungi kelompok prioritas.

Lee Sang-won, direktur penelitian epidemiologi KDCA, mengatakan pengawasan air limbah dapat membantu transisi negara menuju rezim pemantauan virus yang lebih terjangkau.

Sistem Korea Selatan saat ini masih ditujukan untuk melacak setiap kasus Covid-19 dengan mewajibkan rumah sakit untuk melaporkan semua tes positif, sebuah pendekatan yang digambarkan Lee sebagai mahal dan melelahkan.

Dia mengatakan pejabat kesehatan sedang mempertimbangkan untuk beralih ke "pengawasan berbasis sampel," seperti yang mereka lakukan dengan pemantauan influenza, di mana hanya sejumlah rumah sakit yang ditunjuk yang mendaftarkan kasus mereka.

“Ketika (transisi) itu datang, kami yakin pengawasan air limbah akan berfungsi sebagai alat yang sangat efektif” untuk memberikan informasi pelengkap tentang tren virus, kata Lee saat pengarahan. “Kekuatan lainnya adalah kami dapat memantau berbagai patogen selain Covid-19.”

Sementara virus corona yang menyebabkan Covid-19 kemungkinan tidak bertahan lama di air, Lee mengatakan metode pengujian genetik negara itu juga akan dapat mendeteksi fragmen virus yang telah mati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement