Selasa 04 Apr 2023 06:19 WIB

Gangguan Tidur Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes, Begini Cara Mengatasinya

Tidur berkualitas membantu menjaga metabolisme dan mengurangi sensitivitas insulin.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Penderita diabetes mendeteksi kadar gula darah (ilustrasi). Gangguan tidur dapat meningkatkan risiko diabetes.
Foto: www.freepik.com
Penderita diabetes mendeteksi kadar gula darah (ilustrasi). Gangguan tidur dapat meningkatkan risiko diabetes.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabetes merupakan kondisi di mana kandungan gula dalam darah melebihi normal dan cenderung tinggi. Gangguan ini bisa memengaruhi setiap bagian tubuh, menyebabkan komplikasi seperti neuropati dan retinopati,

Salah satu aspek yang sering diabaikan adalah efeknya terhadap siklus tidur seseorang. Tidur memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan fisik dan mental serta dalam mencegah timbulnya penyakit kronis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pasalnya, tidur yang berkualitas baik membantu menjaga metabolisme glukosa dan mengurangi sensitivitas insulin.

Baca Juga

Kepala Departemen Psikologi dan Kesejahteraan di Fitterfly, dr Neha Verma, mengatakan bahwa penderita diabetes dapat mengalami sering buang air kecil dan rasa haus berlebih. Hal itu dapat membuat mereka terjaga pada malam hari hingga kemudian memengaruhi tidur mereka. Sebaliknya, kurang tidur dapat menyebabkan keinginan untuk makan makanan yang tidak sehat dan ngemil pada malam hari, sehingga meningkatkan risiko kenaikan berat badan dan diabetes.

Kurang tidur juga dapat mengurangi hormon leptin dan meningkatkan hormon ghrelin, sehingga membuat seseorang lebih lapar dari biasanya. "Kebiasaan tidur juga memainkan peran penting dalam bagaimana sel merespons insulin. Gangguan tidur seperti sleep apnea dapat meningkatkan risiko diabetes,” kata Verma seperti dilansir laman Hindustan Times, Selasa (4/4/2023).

Verma mengatakan, penting untuk memastikan tidur malam yang nyenyak demi memperbaiki kebiasaan makan dan menjaga kondisi metabolisme. Langkah-langkah sederhana seperti makan sehat, menjaga jadwal tidur, menghindari kafein dan olahraga berat sebelum tidur, serta menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur.

Selain itu, penting untuk mengidentifikasi akar penyebab kurang tidur dan menanganinya dengan segera. Solusi inovatif seperti terapi digital tersedia untuk mengelola kadar gula darah dan membalikkannya melalui kombinasi perubahan gaya hidup dan kepatuhan terhadap pengobatan.

“Namun, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, dan mendapatkan tidur yang nyenyak harus menjadi prioritas bagi semua orang,” kata Verma,

Menurut pPresiden Portea Medical, dr Vishal Sehgal, kebiasaan modern seperti terlalu sering mengakses gawai hingga larut malam sering kali mendorong seseorang untuk makan tanpa berpikir atau ngemil saat malam. Hal ini dapat menyebabkan insomnia, penambahan berat badan dan obesitas, yang mengakibatkan kenaikan kadar gula darah.

Ketika seseorang tidak tidur nyenyak, dikombinasikan dengan stres dan masalah gaya hidup lainnya, hal ini meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa terbangun berulang kali pada malam hari, kurang tidur, tidur berlebihan, dan tidur tidak teratur, semuanya meningkatkan intoleransi glukosa. Selain itu, jika seseorang menderita prediabetes atau diabetes, tidur yang buruk akan memperburuk kondisi tersebut.

Dia menjelaskan, seiring waktu, diabetes dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi dengan peningkatan kemungkinan aterosklerosis, suatu kondisi yang menyebabkan penyumbatan arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sama pentingnya bagi tenaga kesehatan profesional untuk memeriksa gejala insomnia atau sleep-apnea pada penderita diabetes, karena hal ini dapat sangat memengaruhi pengobatan.

Runam Mehta selaku CEO di HealthCube juga sepakat bahwa kurang tidur adalah faktor kerap diabaikan pasien diabetes. Penelitian menunjukkan, kurang tidur dapat mengganggu sensitivitas insulin, yang menyebabkan kadar gula darah yang lebih tinggi dan meningkatkan resistensi insulin. Selain itu, kurang tidur dapat meningkatkan kadar hormon stres kortisol yang selanjutnya dapat mengganggu metabolisme glukosa.

Dia merekomendasikan untuk tidur tuju hingga delapan jam setiap malam, mempraktikkan kebersihan tidur yang baik, memantau kadar gula darah, dan memiliki pola makan yang sehat. Hal ini diyakini mampu membantu meringankan gejala diabetes.

“Pasien dengan diabetes sebagian besar didiagnosis dengan insomnia atau sleep apnea yang membuat situasi mereka semakin sulit. Sangat penting bagi mereka untuk mencari perawatan medis yang tepat untuk gangguan tidur yang mendasari untuk mencegah diabetes,” kata Mehta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement