Jumat 24 Mar 2023 18:51 WIB

Setelah Iran, Arab Saudi akan Kembali Jalin Hubungan dengan Suriah

Kedua negara akan menempatkan duta besarnya usai Idul Fitri.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Friska Yolandha
Kesepakatan damai Arab Saudi dan Iran
Foto: Dok Istimewa
Kesepakatan damai Arab Saudi dan Iran

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan Suriah telah sepakat untuk membuka kembali kedutaan mereka, setelah kedua negara sempat memutuskan hubungan diplomatik lebih dari satu dekade yang lalu. Dari salah satu sumber yang mengetahui masalah tersebut, dilaporkan Reuters, dikatakan ini adalah sebuah langkah yang akan menandai lompatan maju dalam kembalinya Damaskus ke pangkuan dunia Arab.

Kontak antara Riyadh dan Damaskus telah menemukan momentumnya, menyusul perjanjian penting untuk membangun kembali hubungan antara Arab Saudi dan Iran. Sementara Iran merupakan sekutu utama Presiden Bashar Al-Assad.

Baca Juga

Terjalinnya kembali hubungan antara Riyadh dan Damaskus akan menandai perkembangan paling signifikan, dalam langkah-langkah negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Assad. Terutama setelah Damaskus dijauhi oleh banyak negara Barat dan Arab setelah perang saudara Suriah dimulai pada 2011.

"Kedua pemerintah bersiap untuk membuka kembali kedutaan setelah Idul Fitri," kata sumber regional kedua yang selaras dengan Damaskus kepada Reuters.

Keputusan tersebut merupakan hasil pembicaraan di Arab Saudi dengan seorang pejabat senior intelijen Suriah, menurut salah satu sumber regional dan seorang diplomat. Ketika dikonfirmasi, Kantor komunikasi pemerintah dan Kementerian Luar Negeri Kerajaan Saudi serta pemerintah Suriah tidak menanggapi permintaan komentar.

Sumber berbicara dengan syarat anonim karena subyek yang sensitif. Namun kembalinya hubungan diplomatik ini merupakan terobosan baru, yang tampaknya tiba-tiba tetapi dapat menunjukkan bagaimana kesepakatan antara Teheran dan Riyadh cukup dapat berperan menyelesaikan krisis lain di wilayah tersebut. Di mana selama ini persaingan politik telah memicu konflik, termasuk perang di Suriah.

Amerika Serikat dan beberapa sekutu regionalnya, termasuk Arab Saudi dan Qatar, telah mendukung beberapa pemberontak Suriah yang berhaluan Sunni. Sementara Assad yang Syiah, mampu mengalahkan pemberontakan di sebagian besar Suriah, sebagian besar berkat bantuan Iran dan Rusia.

Amerika Serikat, sekutu Arab Saudi, menentang langkah negara-negara regional untuk menormalisasi hubungan dengan Assad. Hal ini mengutip kebrutalan pemerintahannya selama konflik dan kebutuhan untuk melihat kemajuan menuju solusi politik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement