Jumat 10 Mar 2023 16:26 WIB

Rupiah Merosot di Tengah Potensi Kenaikan Suku Bunga AS

Inflasi AS yang masih jauh dari target dua persen membuat The Fed tetap agresif.

Seorang warga menunjukkan uang Rupiah kertas Tahun Emisi 2022 usai menukarkan di mobil kas keliling Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Gorontalo di Kota Gorontalo, Gorontalo, Jumat (19/8/2022) (ilustrasi). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan merosot di tengah pasar mencermati potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih agresif.
Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin
Seorang warga menunjukkan uang Rupiah kertas Tahun Emisi 2022 usai menukarkan di mobil kas keliling Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Gorontalo di Kota Gorontalo, Gorontalo, Jumat (19/8/2022) (ilustrasi). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan merosot di tengah pasar mencermati potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih agresif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan merosot di tengah pasar mencermati potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih agresif.

Rupiah pada Jumat (10/3/2023) ditutup melemah 17 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp 15.450 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.433 per dolar AS.

Baca Juga

"Pernyataan ketua The Federal Reserve yang menyatakan AS mungkin perlu bertindak lebih agresif untuk menekan nilai inflasi beberapa waktu yang lalu menjadi faktor yang masih mempengaruhi sentimen pasar kali ini," kata analis ICDX Revandra Aritama dilansir Antara di Jakarta, Jumat (10/3/2023).

Revandra menuturkan, ekspektasi pasar tersebut berbeda dari perkiraan di awal tahun kemarin di mana Bank Sentral AS atau The Fed dipercaya mulai akan melakukan pelonggaran. Namun, nilai inflasi AS yang masih jauh dari target dua persen menjadi peringatan bagi The Fed untuk tetap agresif terkait kebijakan suku bunga acuannya.

Pernyataan tersebut membebani mata uang negara berkembang karena potensi terjadinya capital outflow dari negara berkembang menuju AS yang menawarkan return yang kompetitif dengan risiko yang dinilai lebih rendah. "Hal ini berpotensi memberikan tekanan bagi mata uang negara berkembang termasuk rupiah," ujarnya.

Data yang dirilis pada Kamis (9/3/2023) menunjukkan, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat paling banyak dalam lima bulan pada pekan lalu, meskipun tren yang mendasari tetap konsisten dengan pasar tenaga kerja yang ketat. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (9/3/2023) bahwa permohonan untuk klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 4 Maret naik 21 ribu menjadi 211 ribu dari 190 ribu pada pekan sebelumnya.

Fokus investor sekarang beralih ke data penggajian non-pertanian (NFP) yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat, dengan lebih banyak tanda-tanda kekuatan pasar tenaga kerja memberi Fed lebih banyak dorongan untuk menaikkan suku bunga. Menurut survei para ekonom //Reuters, NFP kemungkinan meningkat 205 ribu pekerjaan pada Februari setelah melonjak sebesar 517 ribu pada Januari.

Pasar berjangka sekarang menyiratkan peluang sekitar 54 persen bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini, dibandingkan dengan 70 persen sebelum rilis data. Suku bunga dana Fed diproyeksikan mencapai puncak tepat di bawah 5,5 persen pada Juli.

Bank sentral AS menggunakan suku bunga yang lebih tinggi untuk mengurangi inflasi. Tetapi suku bunga yang lebih tinggi itu meningkatkan biaya pinjaman konsumen, yang dapat memperlambat perekonomian.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp 15.475 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp 15.450 per dolar AS hingga Rp 15.483 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat tergelincir ke posisi Rp 15.468 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp 15.438 per dolar AS.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement