Kamis 09 Mar 2023 08:37 WIB

Kuasai 55 Persen CPO Dunia, PTPN: Indonesia Mampu Atur Sawit Global

Indonesia merupakan negara yang berkontribusi sekitar 55 persen terhadap minyak sawit

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
Seorang buruh tani memanen sawit di perkebunan sawit milik PTPN VIII di Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). Dewan Minyak Sawit Indonesia mengatakan, produksi minyak sawit mentah diproyeksikan meningkat 3,07 persen atau mencapai 54,7 juta ton pada 2022 dibandingkan tahun ini sebesar 53,07 ton.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Seorang buruh tani memanen sawit di perkebunan sawit milik PTPN VIII di Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). Dewan Minyak Sawit Indonesia mengatakan, produksi minyak sawit mentah diproyeksikan meningkat 3,07 persen atau mencapai 54,7 juta ton pada 2022 dibandingkan tahun ini sebesar 53,07 ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menilai, Indonesia memiliki kekuatan besar untuk mengatur industri kelapa sawit global. Hal ini mengingat Indonesia merupakan negara, yang berkontribusi sekitar 55 persen terhadap minyak sawit dunia dan 42 persen minyak nabati dunia.

Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara Dwi Sutoro mengatakan, hal tersebut bukan sekadar angan-angan semata karena industri sawit nasional, telah sukses membawa Indonesia menjadi pemain utama dunia, terutama produksi minyak sawit mentah.

Baca Juga

"Kalau kita dua minggu saja tidak ekspor, itu banyak yang teriak-teriak. Artinya, itu kekuatan yang luar bisa. Kita harus mendikte dunia," ujarnya dilansir dari laman perseroan, Rabu (7/3/2023).

Menurut dia, Indonesia sebagai industri sawit terbesar harus menjadi barometer bisnis komoditas tersebut. Indonesia harus bisa berdaulat dalam mengelola perkebunan sawitnya sendiri.

"Mulai dari cara melakukannya, penentuan teknologi di hulu, bagaimana menggunakan robotik sistem, pemupukan yang benar, dan bagaimana benih yang unggul, itu harusnya di Indonesia. Kita harus punya roadmap yang luar biasa,” ucapnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjut Dwi, perlu dorongan besar dari berbagai pihak, baik pemerintah, organisasi, maupun para petani, untuk memaksimalkan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Karena menurutnya, pengelolaan industri kelapa sawit, tidak hanya hulunya saja, tapi juga harus di hilirnya.

"Kenapa demikian, karena ini kita sudah berbicara pada rantai pasok. Jika hilirnya bermasalah atau lagi terkena masalah, pasti di hulunya juga akan kena dampaknya," ucapnya.

Dwi menyebut pergerakan ekspor CPO Indonesia sudah semakin minimal, karena sebagian besar sudah dalam bentuk produk turunan. "Itu adalah pergerakan yang bagus. Kami ingin menunjukkan dengan berbagai perbaikan yang ada, PTPN solid," ucapnya.

Peluang Indonesia untuk menjadi pemain utama industri kelapa sawit dunia, lanjut Dwi, semakin terbuka lebar jika pembentukan bursa berjangka dalam negeri sebagai harga acuan crude palm oil nasional. Hal ini dicanangkan oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan.

"Semua stakeholder harus benar-benar membangun industri sawit Indonesia bersama, bukan hanya membangun sawit PTPN atau PT lain. Walaupun masing-masing punya interest berbeda, tetapi intinya kita membangun sawit merah putih," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement