Selasa 07 Mar 2023 15:46 WIB

Godaan Iblis Juga Bidik Para Penguasa dan Pemimpin, Ini Beberapa Pola Tipu Dayanya

Iblis akan menggoda para penguasa dan pemimpin dengan kekuasaannya

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Palu hakim (Ilustrasi). Hakim mengusir Nicolas Gil Pereg sebagai terdakwa kasus dugaan pembunuhan karena terus mengeong, di pengadilan kota Mendoza, Argentina, Selasa (26/10).
Foto: EPA
Palu hakim (Ilustrasi). Hakim mengusir Nicolas Gil Pereg sebagai terdakwa kasus dugaan pembunuhan karena terus mengeong, di pengadilan kota Mendoza, Argentina, Selasa (26/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Iblis menggoda dan menjerumuskan para penguasa dan pemimpin dengan berbagai cara. Karena itu di setiap zaman selalu ada penguasa dan pemimpin yang tidak amanah, serakah, dan zalim.

Dikutip dari buku Talbis Iblis yang ditulis Ibnu Qayyaim al-Jauzi, diterbitkan Maktabah Al-Madani Kairo 1983, dan diterjemahkan serta diterbitkan ulang oleh Pustaka Al-Kautsar 2010, iblis kepada para penguasa membisikkan untuk melakukan kedurhakaan. 

Baca Juga

Iblis juga memperdayai mereka dengan membisikan pemikiran bahwa tindakan penguasa yang mengamankan keadaan negara bisa mencegah mereka dari hukuman apapun.

Padahal para penguasa diangkat sebagai waliyul-amri agar menjaga stabilitas negara dan mengamankan jalan-jalan. Itu merupakan kewajiban mereka sebagai penguasa. 

Jika penguasa melakukan kedurhakaan, tetap tidak dibenarkan. Hukum terhadap penguasa yang durhaka tidak ada keringanan.

Ibnu Qayyim Jauzi menjelaskan, iblis juga memperdayai mayoritas penguasa dengan membisikan pemikiran kepada penguasa bahwa mereka telah melaksanakan apa yang diwajibkan. Hal ini bisa dilihat bahwa segala permasalahannya sudah berjalan sebagaimana mestinya.

Padahal kalau disimak lebih lanjut, di sana masih banyak terdapat celah yang harus dibenahi para penguasa.

Iblis juga menjadikan para penguasa memandang bagus tindakan mereka yang merampas harta, memerintahkan manusia untuk mengeluarkan harta lewat pajak yang mencekik leher, dan mengangkat orang-orang yang suka berkhianat. Padahal seharusnya seorang penguasa menindak secara nyata siapapun yang berkhianat.

Kami meriwayatkan dari Umar bin Abdul-Aziz, bahwa ada seorang pemuda yang menulis surat kepadanya, "Sesungguhnya ada beberapa orang yang berkhianat dalam mengurus harta Allah. Aku tidak sanggup lagi meminta kembali apa yang ada di tangan mereka, kecuali dengan cara kekerasan." 

Kemudian, Umar bin Abdul-Aziz menulis surat balasan yang isinya, "Andaikata orang-orang itu bertemu Allah dalam keadaan berkhianat, itu lebih kusukai daripada aku menemui mereka, sedang mereka dalam keadaan berlumuran darah." 

Iblis menjadikan para penguasa memandang bagus tindakan mereka yang mengeluarkan uang setelah marah-marah. Menurut pandangan mereka, hal ini dapat menghapus apa yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Iblis berkata, "Sedekah senilai satu dirham dapat menghapus dosa sepuluh kali marah.” 

Padahal itu sesuatu yang mustahil. Dosa karena marah tetap ada, dan sedekah satu Dirham yang dikeluarkan karena marah, tidak mendatangkan pahala. 

Sedekah itu harus dikeluarkan dari sesuatu yang halal dan juga tidak dapat mengenyahkan dosa marah. Sebab memberi seorang fakir tidak bisa menghapus dosa yang dilakukan terhadap orang lain. 

Iblis menjadikan para penguasa memandang bagus kedurhakaan yang dilakukan terus-menerus, dengan cara mengunjungi orang-orang sholeh dan meminta doa kepada mereka.

Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah

Dalam pandangan para penguasa yang terkena rayuan iblis, bertemu orang sholeh bisa meringankan dosa kedurhakaan yang dilakukan mereka.  Padahal kebaikan menemui orang-orang sholeh tetap tidak bisa menghapus kejahatan. 

Di antara para penguasa ada yang bertindak demi atasannya, atasannya memerintahkannya untuk berbuat zalim. Maka Iblis memperdayainya dengan berkata, “Dosanya akan ditanggung atasanmu dan bukan ada di pundakku.” Tentu saja ini anggapan yang batil. Sebab dia termasuk orang yang membantu kezaliman atau kedurhakaan. 

Rasulullah SAW melaknat sepuluh orang yang berkaitan dengan khamr, juga melaknat pemakan riba, wakilnya, penulisnya dan saksinya. Yang serupa dengan ini adalah mengumpulkan harta bagi atasannya, padahal dia tahu atasannya akan menghambur-hamburkan uang tersebut dan berkhianat. Yang demikian ini juga disebut membantu kezaliman. 

Malik bin Dinar berkata, “Cukuplah seseorang disebut pengkhianat selagi dia melindungi suatu pengkhianatan."   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement