Kamis 24 Nov 2022 13:27 WIB

Kurangi Ketergantungan Impor, Vaksin Bio Farma Segera Dipatenkan

Bio Farma pasang strategi mematenkan hasil-hasil inovasi dari dalam maupun luar.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Petugas menyuntikkan vaksin pada Peluncuran dan Penyuntikan Perdana Vaksin IndoVac di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022). IndoVac menjadi vaksin COVID-19 pertama yang diproduksi secara lokal di dalam negeri mulai dari proses hulu hingga hilir dan telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat.
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Petugas menyuntikkan vaksin pada Peluncuran dan Penyuntikan Perdana Vaksin IndoVac di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022). IndoVac menjadi vaksin COVID-19 pertama yang diproduksi secara lokal di dalam negeri mulai dari proses hulu hingga hilir dan telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing global dalam produksi vaksin, Bio Farma pasang strategi mematenkan hasil-hasil inovasi dari dalam maupun luar perusahaan. Selain meningkatkan daya saing global, paten vaksin juga merupakan target Bio Farma untuk mencapai tujuan kemandirian vaksin nasional agar tidak lagi tergantung pada sektor impor terutama dalam hal penyediaan raw material.

Direktur operasi Bio Farma Rahman Roestan mengatakan Bio Farma sangat mengutamakan ide-ide dari internal perusahaan yang sifatnya bottom up. Adapun unit-unit kerja diberikan keleluasaan untuk mengajukan ide inovasi sekecil apapun yang nantinya akan diverifikasi oleh Bio Farma. 

Baca Juga

"Kita sering mendengar, industri farmasi di Indonesia seperti tukang jahit, bahan dan peralatan dari luar (negeri) padahal kita punya kemampuan menjadi desainer. Untuk meningkatkan kemampuan anak bangsa ini jadi PR kami ke depan agar Indonesia bisa mandiri bidang kesehatan," ujarnya dalam keterangan tulis, Kamis (24/11/2022).

Menurutnya inovasi-inovasi dari pegawai Bio Farma pun sudah ada beberapa yang dipatenkan oleh lembaga-lembaga sertifikasi paten. "Sebagai laporan kami bahwa Bio Farma ada 13 proses yang sudah kita daftarkan. Satu masuk (fase) pelayanan teknis, lima sudah granted (mendapatkan paten) dan sisanya dalam pemeriksaan substantif," ucapnya.

 

Tak hanya inovasi dari internal saja, Bio Farma juga membangun kolaborasi dengan pihak luar seperti seperti universitas dan lembaga riset dalam negeri lainnya. Rahman menyebut pihaknya ke depan juga akan berkolaborasi dengan universitas luar negeri untuk mencari inovasi lainnya terutama dalam bidang bioteknologi dan vaksin.

"Untuk mendapatkan inovasi dan produksi vaksin di tengah pendaftaran paten, kita harus berkolaborasi, mengikuti update serta memiliki kemandirian riset," ucapnya.

Menurutnya salah satu kolaborasi yang sukses dilakukan Bio Farma dengan pihak luar adalah dalam rangka pengembangan dan produksi vaksin Covid-19 Indovac yang berbasis Subunit Protein Rekombinan. Dalam perjalanannya, pengembangan produksi vaksin Indovac, Bio Farma bekerjasama  dengan lembaga-lembaga seperti  Kementrian Kesehatan, Badan Litbangkes, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eijkman dan Baylor College of Medicine.

Bahkan dalam jangka panjang menengah proses pengembangan dan produksi vaksin Indovac, Bio Farma menjalin kerja sama dalam rangka mengakuisisi teknologi baru dalam produksi vaksin dengan WHO dan CEPI serta collaborator internasional lainnya. Adapun produksi vaksin Indovac merupakan bentuk kemandirian Indonesia dalam penyediaan vaksin Covid-19. 

"Kita tidak berharap ada pandemi lagi, tapi negara harus siap," pungkasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement