Selasa 08 Nov 2022 17:14 WIB

Indef Nilai Ada Faktor Keberuntungan pada Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2022

Pada kuartal III 2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,72 persen yoy.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengingatkan, pemerintah tidak boleh terlena dengan tingginya pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2022. Seperti diketahui, pada kuartal tersebut ekonomi tumbuh 5,72 persen year on year (yoy), naik dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5,44 persen yoy.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menuturkan, ada faktor keberuntungan dalam pertumbuhan ekonomi itu. "Jadi kalau kita lihat ada dua faktor mengapa pertumbuhan ekonomi kita bisa naik, pertama faktor keberuntungan dan kedua, extra effort yang dilakukan pemerintah," ujarnya dalam webinar, Selasa (8/11/2022).

Baca Juga

Ke depannya, kata dia, pertumbuhan ekonomi harus tetap diwaspadai. Terutama karena adanya perlambatan ekonomi pada kuartal IV mendatang. 

Ia menjelaskan, perekonomian pada kuartal III 2022 dipengaruhi oleh faktor base year. Sedangkan pada kuartal IV nanti, efek tersebut sudah menghilang.

"Di kuartal IV ini nanti best year effect sudah hilang, karena kuartal IV 2021 pertumbuhannya sudah di atas lima persen. Ini akan mengurangi pertumbuhan di kuartal IV tahun ini," jelas Tauhid.

Dia menuturkan, perlambatan ekonomi tersebut akan berdampak pada kenaikan harga barang konsumsi. Sebenarnya, lanjut dia, hal itu sudah mulai terasa sejak akhir September lalu ditambah adanya kenaikan inflasi.

Dampaknya, katanya, bisa menyebabkan penurunan konsumsi masyarakat. Maka pemerintah harus waspada.

Tauhid melanjutkan, ada tiga cara yang dapat dilakukan pemerintah guna mencapai pertumbuhan di atas lima persen tahun ini. Pertama, mempercepat belanja modal dan belanja barang yang masih belum optimal.

"Mempercepat belanja modal dan belanja barang yang hingga Oktober 2022 masing-masing baru mencapai 66,44 persen dan 66,83 persen. Ini perlu ada terobosan sehingga dengan waktu terbatas bisa diselesaikan," ujar dia. 

Cara kedua, yakni penyesuaian suku bunga acuan Bank Indonesia secara moderat. Menurutnya, selama ini memang sudah ada penyesuaian namun masih lambat dalam merespon kondisi yang terjadi.

Ketiga, lanjutnya, yaitu merespon perlambatan ekonomi pada kuartal akhir lewat penguatan pasar domestik. "Khususnya bagi produk-produk dalam negeri yang berdaya saing di pasar global dan mempercepat industri subtitusi impor," jelasnl Tauhid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement