Kamis 28 Jul 2022 14:52 WIB

ICROM 2022, Menag: Moderasi Beragama Solusi Terbaik Perkuat Kerukunan Masyarakat Dunia

Menag menilai moderasi beragama merupakan solusi terbaik perkokoh kerukunan agama

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menilai moderasi beragama merupakan solusi terbaik yang dibutuhkan masyarakat untuk menjaga dan memperkokoh kerukunan antarumat beragama.
Foto: Kemenag
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menilai moderasi beragama merupakan solusi terbaik yang dibutuhkan masyarakat untuk menjaga dan memperkokoh kerukunan antarumat beragama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menilai moderasi beragama merupakan solusi terbaik yang dibutuhkan masyarakat untuk menjaga dan memperkokoh kerukunan antarumat beragama. Pernyataan ini disampaikan Menag Yaqut saat memberikan ceramah kunci pada International Conference on Religious Moderation (ICROM) di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Rabu (27/7/2022). Kegiatan ini digelar selama tiga hari pada Selasa-Kamis, 26-28 Juli 2022.

"Apakah moderasi beragama cocok dan dibutuhkan oleh masyarakat dunia? Saya pikir, menurut hemat saya, kita perlu mengembangkan moderasi beragama keluar, mengekspornya ke dunia, sambil terus memperkuatnya di dalam negeri kita," kata Menag.

Baca Juga

Menag kembali menegaskan moderasi beragama merupakan salah satu solusi terbaik saat ini. Indonesia, kata dia, terus mengupayakan masyarakat yang memiliki cara pandang dan sikap yang adil dan seimbang, toleran, menghindari kekerasan, dan cinta tanah air.

Dia menambahkan, banyak negara menghadapi masalah yang sama dalam kehidupan beragama seperti ekstremisme dan populisme. Ada juga beberapa kekerasan dan/atau konflik agama yang membutuhkan pendekatan moderat. "Jadi apa yang harus kita lakukan? Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama, memperkuat konsep Islam moderat Indonesia dan menuliskannya se cara lebih komprehensif dan terstruktur," ujarnya.

Kedua, imbuh Menag, mencoba menerapkan konsep tersebut pada kasus nyata sehingga kekuatan dan kelemahannya dapat diketahui lebih awal. Ketiga, konsep Islam Moderat di Indonesia harus dikonstruksi secara inklusif sehingga secara otomatis nilai-nilainya dapat diterima dalam kondisi dan negara apa pun.

"Ini adalah 'pekerjaan rumah' besar bagi akademisi, universitas, dan lainnya untuk melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut, serta untuk mempromosikan atau mengekspornya ke dunia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement