Kamis 23 Jun 2022 21:00 WIB

BWF Mulai Kaji Kebijakan Terkait Atlet Transgender

Sejumlah federasi olahraga internasional sudah tolak keikutsertaan atlet transgender.

Logo Federasi Bulu Tangkis Internasional (BWF).
Foto: wikipedia.org
Logo Federasi Bulu Tangkis Internasional (BWF).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pada Kamis (23/6/2022) menyatakan memulai proses kajian untuk membantu mengambil keputusan berbasis bukti terkait kebijakan atlet transgender dalam olahraga bulu tangkis. BWF saat ini mengikuti kerangka kerja kebijakan Pemerintah Inggris terkait transgender.

"Ini sebagai panduan untuk mengelola masalah ini lebih baik di turnamen tingkat nasional maupun internasional," demikian pernyataan BWF dilansir Reuters, Kamis. "Hanya saja, kami memahami adanya rekomendasi terkini dari IOC dan memulai riset spesifik dan proses penilaian untuk mendapatkan pengambilan keputusan berbasis hasil yang relevan di bulu tangkis yang adil bagi semua pihak."

Baca Juga

Pembela hak-hak transgender berargumen bahwa tidak cukup banyak studi yang dilakukan untuk memperlajari dampak transisi gender terhadap performa fisik, dan menyatakan bahwa atlet-atlet elite biasanya sudah memiliki kemampuan fisik yang berbeda.

BWF menjadi federasi olahraga berikutnya yang memulai kajian kebijakan tersebut, setelah akhir pekan lalu hasil pemungutan suara di federasi akuatik dunia, FINA, yang melarang keikutsertaan atlet transgender mengikuti kompetisi nomor putri.

Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), dan Federasi Atletik Dunia (World Athletics), juga sudah menyatakan bahwa lembaganya tengah melakukan kebijakan serupa. Sedangkan Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah mengeluarkan kerangka kerja acuan untuk masalah tersebut, sembari memberikan wewenang keputusan akhir kelayakan penampilan atlet-atlet transgender ke masing-masing federasi olahraga.

Kendati demikian, IOC membubuhkan bahwa sampai saat terbukti sebaliknya, atlet tidak boleh dianggap memiliki keuntungan kompetitif yang tidak adil atau tidak proporsional karena variasi jenis kelamin mereka, penampilan fisik dan/atau status transgender.

Aturan baru FINA mendapat kritik dari pembalap sepeda transgender Veronica Ivy yang menyebutnya "tidak ilmiah", sedangkan kelompok hak LGBT Athlete Ally melabelinya sebagai sesuatu yang "diskriminatif" dan "berbahaya".

Presiden World Athletics Sebastian Coe saat mengumumkan proses tinjauan organisasinya mengatakan bahwa jika ada penilaian antara inklusi dan keadilan, pihaknya akan berpihak pada keadilan. "Bagi saya itu tidak bisa dinegosiasikan".

Partisipasi atlet transgender dalam kompetisi putri sudah dilarang oleh liga rugby pada Selasa (21/6/2022), sedangkan otoritas Balap Sepeda Dunia (UCI) mengetatkan aturan partisipasi transgender pekan lalu. Federasi olahraga hoki, triathlon, dan dayung saat ini juga telah memulai proses kajian terkait partisipasi atlet transgender.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement