Rabu 22 Jun 2022 15:20 WIB

Rakyat Jakarta Dapat Kado Pahit, Djarot Minta Anies Instropeksi

Djarot kritik HUT ke-495 DKI bertema kolaborasi yang tak cocok dengan bahasa Betawi.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat minta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang dipimpin Anies Rasyid Baswedan mengevaluasi keberhasilan program untuk rakyat. Eks gubernur dan wakil gubernur (wagub) DKI itu mengingatkan Anies agar intropeksi diri terkait janji yang belum terealisasi pada masa pemerintahannya.

"Termasuk dalam ulang tahun itu, kan, harus introspeksi, harus mengevaluasi, apa yang sudah dilakukan oleh Jakarta, apa yang sudah dinikmati oleh rakyat. Apakah janji-janji program pemerintah DKI waktu kampanye itu terwujud?" kata Djarot di sela Rakernas II PDIP bertempat di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (22/6/2022).

Baca: Yuk, Hari Ini Naik Bus Transjakarta, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta Gratis

Menurut Djarot, beberapa program itu masih belum tereksekusi dengan baik. Justru, kata dia, rakyat Jakarta justru memperoleh kado pahit saat HUT ke-495 DKI Jakarta. "Kita mendapatkan kado, misalnya, kita kaget, Jakarta menjadi kota yang tingkat polusi yang tinggi se-Asia apa ya, sedunia. Kalau begitu ada sesuatu yang perlu kita evaluasi. Contoh, ada berapa ruang terbuka hijau."

Djarot pun mengkritisi penggunaan kata untuk tema HUT Ibu Kota. Pasalnya, kata yang dipakai sebagai moto perayaan ultah tidak cocok dengan Betawi karena acara memakai diksi kolaborasi, akselerasi, dan elevasi.

Baca: Anies-Andika Pasangan Ideal dan Berpeluang Pecah Kebuntuan di Pilpres 2024

"Saya mengucapkan selamat ulang tahun ke-495 Jakarta, yang sekarang berganti istilahnya hajatan Jakarta, tetapi motonya ini, kok enggak cocok sama Betawi, ya. Bahasanya ada kolaborasi, ada akselerasi, ada elevasi," kata Djarot.

Menurut ketua Badan Pengkajian Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tersebut, acara ultah DKI Jakarta seharusnya memakai diksi sederhana yang bisa dipahami semua kalangan. "Toh, ultah Jakarta menjadi momen perayaan untuk rakyat. Ini yang punya hajatan kan rakyat. Nah, rakyat seharusnya paham, ya. Apa, sih kolaborasi itu? Oh, gotong royong, kan begitu ya," ucap Djarot.

"Apa sih akselerasi itu, oh percepatan kan begitu ya. Elevasi itu apa? Bahasa Betawi-nya apa maknanya? Anda enggak tahu, peningkatan kayak elevator begitu, ya. Peningkatan," ucap Djarot mengkritik Anies.

Baca: Bukan Anies-AHY, Tapi Anies-Khofifah Lebih Realistis dan Berpeluang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement