Selasa 26 Apr 2022 20:23 WIB

Tentang Everton yang Terancam Turun Kasta Setelah 68 Tahun

Benitez pernah mengeluh bagaimana bisnis Everton menyulitkannya.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pemain Liverpool Divock Origi, tengah, mencetak gol kedua timnya selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Liverpool dan Everton di stadion Anfield di Liverpool, Inggris, Ahad, 24 April 2022.
Foto: AP/Jon Super
Pemain Liverpool Divock Origi, tengah, mencetak gol kedua timnya selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Liverpool dan Everton di stadion Anfield di Liverpool, Inggris, Ahad, 24 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MERSEYSIDE -- Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, Everton berada dalam ancaman serius, yaitu terdegradasi dari Liga Primer Inggris. Kondisi tersebut makin diperparah saat the Toffees tumbang 2-0 dari rival sesama klub Merseyside, Liverpool, akhir pekan lalu. 

Jurgen Klopp ingin Everton tetap berada di Liga Primer Inggris, karena bakal rindu dengan derby Merseyside. Tapi the Blues saat ini berada di posisi 18 dan berada di zona degradasi dengan enam pertandingan tersisa. ''Tidak ada yang berubah bagi saya. Kami punya enam pertandingan sisa dan Burnley lima, dan kami akan berusaha memenangkan poin sebanyak yang kami mampu,'' kata pelatih Everton, Frank Lampard, dikutip dari Marca, Selasa (26/4/2022).

Baca Juga

Saat Lampard menggantikan Rafael Benitez pada akhir Januari, Everton berada di peringkat 16 dan enam poin dari zona degradasi. Namun, rekor Lampard cukup buruk sejak saat itu, dengan hanya tiga kali menang dari 12 pertandingan. Ia bahkan membuat Everton tidak pernah menang di kandang lawan sejak Agustus 2021. 

Everton menghabiskan 118 musim di divisi utama. Mereka belum pernah terdegradasi sejak 1954. Hanya Arsenal yang menghabiskan waktu paling lama di divisi utama dibandingkan dengan Everton, yang belum pernah memenangkan trofi sejak 1995. Kepergian Roberto Martinez, yang menggantikan pelatih jangka panjang David Moyes, mengakhiri stabilitas klub, sejak Farhad Moshiri membeli Everton pada 2016. 

Sejak pengusaha Inggris-Iran itu datang, Everton menghabiskan 624 juta euro, termasuk 49,9 juta euro untuk Gylfi Sigurdsson, 30,4 juta euro untuk Alex Iwobi dan 28,9 juta euro buat Yannick Bolasie. Mereka juga telah mendatangkan tujuh pelatih, Roberto Martinez, Ronald Koeman, Sam Allardyce, Marco Silva, Carlo Ancelotti, Benitez dan kini Lampar. 

Benitez pernah mengeluh bagaimana bisnis Everton menyulitkannya untuk membuat skuad yang berkualitas. Ia mengungkapkan, Everton menjalankan bisnis dari penjualan pemain. ''Banyak dari mereka, dengan kontrak besar, bertahan dan saya hanya menghabiskan dua juta euro untuk lima pemain. Itu sangat sulit mengubah situasi,'' ungkap Benitez. 

Pembelian Everton pada musim panas tahun lalu juga tidak bekerja dengan baik. Cederanya pemain inti seperti Dominic Calvert-Lewin, Richarlison dan Yerry Mina juga membuat Everton makin menderita. Everton hanya mencatatkan enam clean sheet sepanjang musim. Hanya Watford dan Norwich City yang mendapatkan rekor buruk tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement