Senin 25 Apr 2022 13:48 WIB

Mahasiswa Indonesia Meningkat, Australia Alami 'Krisis Sewa'

Jumlah mahasiswa asing pemegang visa Australia sebanyak 694.038 orang.

Ketika Australia membuka pintu internasionalnya, permintaan sewa melonjak tajam hanya dalam beberapa bulan saja hingga vacancy rate menyentuh angka 1,4 persen.
Foto: Istimewa
Ketika Australia membuka pintu internasionalnya, permintaan sewa melonjak tajam hanya dalam beberapa bulan saja hingga vacancy rate menyentuh angka 1,4 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pembukaan gerbang internasional oleh pemerintah Australia semenjak 21 Februari 2022, ternyata menciptakan masalah baru bagi para calon penyewa apartemen. Khususnya, para siswa dari luar negeri yang sudah kembali ke kota-kota besar di Australia seperti Sydney dan Melbourne.

Menurut Kepala Bidang Penelitian dan Ekonomi Domain, Dr Nicola Powell, Australia berada di ambang 'krisis sewa'. “Permintaan sewa akan terus meningkat tajam pasca pembukaan kembali secara penuh perbatasan internasional bagi para turis pemegang visa dan telah divaksinasi dua kali setelah dua tahun penutupan,” ujar Nicola dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id. Senin (25/4/2022).

Menurutnya, pasar sewa Sydney telah digambarkan sebagai "kegagalan kronis", dengan tingkat kekosongan kota turun ke level terendah sejak November 2017.

Pembukaan gerbang internasional, kata dia, telah menambah tekanan lebih lanjut pada pasar sewa yang sudah tegang. 

Di mana tingkat kekosongan di kota Sydney turun menjadi 1,4 persen pada Februari (turun dari 1,9 persen pada Januari), menurut Rental Vacancy Rate Report termutakhir oleh Domain, 1,4 persen merupakan titik terendah pasar sewa kota Sydney sejak November 2017.

Harga sewa unit naik sebesar AUS$30 dalam setahun, atau 6,4 persen menjadi rata-rata AUS$500, menjadikannya peningkatan tahunan paling tajam dalam delapan tahun. Biaya sewa naik 2 persen dalam tiga bulan terakhir saja, menggandakan pertumbuhan triwulanan sebelumnya dan melampaui biaya sewa rumah tapak untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai.

“Pasar sewa Sydney terutama di pusat kota telah mengalami pemulihan yang cepat setelah mengalami penurunan permintaan di awal pandemi,” kata Powell.

“Permintaan unit rental meroket, sementara harga properti terus naik mengakibatkan para calon pembeli menahan keinginannya dan terus menyewa," imbuhnya.

Menanggapi krisis tingkat kekosongan hunian yang terjadi di Sydney, Direktur Penjualan dan Pemasaran Crown Group Indonesia, Tyas Sudaryomo, mengatakan, krisis ini sudah bisa diprediksi sebelumnya.“Banyak pembangunan hunian baru terutama apartemen yang terhambat selama 2 tahun terakhir, hal ini mengakibatkan berkurangnya pasokan di pasar, terutama di kawasan  inner city seperti Waterloo dan Eastlakes," katanya.

Selama periode 2020 – 2021, kata dia, Sydney mengalami penurunan permintaan sewa dikarenakan pandemi Covid-19. Serta, dapat dilihat melalui tingkat kekosongan rata-rata yang menyentuh 4 persen atau di atas 3 persen.

Berdasarkan data dari KBRI Australia, pada 29 Maret 2020, jumlah mahasiswa asing pemegang visa Australia adalah sebanyak 694.038 mahasiswa. Berdasarkan data tanggal 28 Juni 2021, jumlah mahasiswa asing pemegang visa Australia menurun sebesar 31,9 persen dalam rentang waktu 15 bulan. Sebanyak 85 persen mahasiswa yang sudah memiliki visa studi masih berada di luar negeri karena kebijakan penutupan perbatasan akibat Covid-19.

“Namun ketika Australia membuka pintu internasional nya, permintaan sewa melonjak tajam hanya dalam beberapa bulan saja hingga vacancy rate menyentuh angka 1,4 persen. Terendah semenjak tahun 2017," katanya.

Menurutnya, jumlah mahasiswa Indonesia di Australia yang tercatat per tanggal 28 Juni 2021 yakni sebanyak 12.645 mahasiswa. Ini menempatkan Indonesia di peringkat 6 jumlah mahasiswa asing terbanyak di Australia setelah Tiongkok, India, Nepal, Vietnam dan Malaysia. Tercatat sebanyak 31 persen atau sekitar 3.905 mahasiswa masih berada di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement