Melatih Kemandirian Yatim di Rumah Piatu Muslimin

Rep: Mg03/ Red: A.Syalaby Ichsan

 Kamis 11 Jul 2013 04:05 WIB

Rumah Piatu Muslimin Foto: facebook Rumah Piatu...

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selasa (9/7), satu hari menjelang puasa. Bangunan bergaya tempo dulu itu mulai terlihat ramai. Sekelompok tukang kayu sibuk membangun konter penerimaan zakat di ruang tunggu depan, diawasi oleh pengurus yayasan. 

Tak jauh dari mereka, terdapat bangku yang disediakan untuk menunggu. Sekitar pukul setengah dua siang, ada beberapa calon dermawan yang duduk menunggu dilayani.

Itulah gambaran suasana di Rumah Piatu Muslimin (RPM) Kramat Raya, Jakarta Pusat. RPM didirikan oleh para istri pengurus Sarekat Islam pada 1931.

Awalnya, rumah ini hanya diperuntukkan bagi anak-anak Islam yang kehilangan ibunya semasa perang karena dianggap menderita dampak psikologis yang lebih berat. Saat ini, RPM juga menerima anak Islam yatim maupun yatim piatu.

Amrih Rahayu (43 tahun), kepala pengasuh panti yang biasa dipanggil Ayu ini mengungkapkan, menjelang dan selama bulan puasa, banyak orang yang berkunjung. Mulai sekadar memberikan uang sumbangan hingga yang meminta untuk mengadakan buka puasa bersama. Tak jarang, mereka diundang berbuka puasa di luar.

Selain kegiatan sosial seperti buka bersama, pada bulan puasa kegiatan keagamaan anak-anak asuh juga ditingkatkan. Mereka tak hanya diminta bertadarus Alquran setelah Maghrib, tapi juga belajar sari tilawah, mengikuti kuis Ramadhan, mendengarkan kultum, serta Tarawih berjamaah.

''Semua ini agar pemahaman agama mereka meningkat,'' kata Ayu. Kemudian, anak asuh juga diberi tanggung jawab piket. Para petugas piket wajib mempersiapkan pelaksanaan shalat, menata makanan, juga memasak setiap hari libur.

Tak hanya itu, tiap hari semua anak asuh baik yang masih SD atau sudah SMA diajarkan untuk mencuci, menyapu, merapikan tempat tidur, serta menyetrika sendiri. Panti berusaha mendidik anak asuh mandiri.

Meski bukan dalam artian ibadah, datangnya Ramadhan membawa kebahagiaan bagi anak asuh. Salah satunya adalah Anisa Destri (13 tahun). Nisa sudah menunggu saat datangnya Lebaran. ''Agar bisa pulang ketemu nenek,'' katanya mantap.

Walau senang memiliki banyak teman di panti asuhan, Nisa ingin bertemu keluarganya. Nisa tidak memiliki ayah ataupun ibu. Sebelum tinggal di panti, ia diasuh oleh kakek-neneknya yang tinggal di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Lebaran ini, Nisa punya kesempatan pulang bagi anak asuh, baik saat Idul Fitri selain saat Idul Adha. 

Berita Lainnya