REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Edy Suandi Hamid menyampaikan khotbah Idul Fitri 1436 H, di Plaza Monumen Yogya Kembali Yogyakarta, Jumat (17/7). Dalam khotbah, dia menyampaikan selama ini, masih banyak umat Islam belum menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Komunitas muslim, seharusnya, bisa menunjukkan sebagai karakter insan yang jujur, disiplin, profesional, amanah, tepat waktu, bersih, cinta damai, dan nilai-nilai ke-Islaman lainnya.
Dijelaskan Edy, dalam suatu riset yang dipublikasikan di sebuah jurnal internasional menyimpulkan bahwa sebagian besar negara-negara Islam justru tidak lebih Islami dari negara-negara non Islam, yang dilihat dari indikator-indikator ke-Islaman yang universal. Islam menghadirkan perdamaian. Islam menghadirkan kebersihan. Islam menghadirkan kejujuran. "Kita sudah mengenal, dan memahami betul nilai-nilai Islami yang demikian, yang juga termasuk nilai yang universal," kata Edy.
Lebih lanjut Edy mengatakan, sudah lebih dari seratus tahun lalu, keprihatinan seperti itu sudah muncul dari Filosof Islam terkemuka, Mohammad Abduh (1849-1905). Pada awal abad ke-20 yang lalu, saat Ilmuwan yang bearasal dari Mesir itu baru pulang keliling ke beberapa kota dan perguruan tinggi di Eropa.
Ia menyampaikan ungkapan yang sampai saat ini masih sering dikutip, dan ternyata masih tetap relevan. I went to the West and saw Islam, but no Muslims. I got back to the East and saw Muslims, but not Islam.
Ungkapan itu, kata Edy, mengandung makna bahwa saat Abduh berkunjung ke negara-negara Barat ia melihat nilai-nilai ke-islaman universal dipraktikkan di sana. Menjumpai kedisiplinan, kejujuran, kebersihan, tertib hukum, dan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam lainnya. Padahal, relatif tidak ada muslim atau pemeluk Islam di sana.
Sebaliknya, kata Edy, saat kembali ke Timur, ia melihat banyak umat Muslim, komunitas beragama Islam, namun ia tidak melihat nilai-nilai Islam di jalankan sebagaimana normanya.
"Pernyataan ini bisa jadi sangat berlebihan, namun kembali, ini baik sebagai bahan introspeksi kita. Ini dikarenakan sampai sekarang situasi demikian masih kita rasakan," katanya.
Seringkali tokoh Islam, pejabat, bahkan pelancong yang berkunjung ke negara-negara Barat, dan pulangnya menyiratkan hal serupa. Kita melihat betapa orang saling menghargai hak satu sama lain, misalnya, dengan antre untuk sesuatu secara teratur, disiplin terhadap waktu: jarang ada keterlambatan dalam acara ataupun angkutan publik, lingkungan yang bersih, kejujuran: pedagang yang jujur dan pejabat yang tidak korup, pekerja atau pejabat yang bekerja sesuai keahliannya (profesional), rendahnya kriminalitas, dan sebagainya.