Selasa 22 Mar 2022 06:08 WIB

Pertempuran di Ukraina Kerek Harga Emas

Pertempuran di Ukraina mendorong permintaan aset safe haven.

Emas Batangan (ilustrasi)
Foto: mycitya
Emas Batangan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas sedikit menguat pada akhir perdagangan Senin (21/3) atau Selasa (22/3) pagi WIB karena pertempuran di Ukraina mendorong permintaan terhadap emas. Sementara, investor terus mengawasi pembicaraan damai Moskow-Kyiv, tetapi kenaikannya dibatasi menjelang pernyataan Ketua Federal Reserve Powell pada pertemuan ekonomi.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, naik 0,2 dolar AS atau 0,01 persen, menjadi ditutup pada 1.929,50 dolar AS per ounce. Emas berjangka jatuh 13,9 dolar AS atau 0,72 persen menjadi 1.929,30 dolar AS pada Jumat (18/3).

Baca Juga

Emas berjangka melonjak 34 dolar AS atau 1,78 persen menjadi 1.943,20 dolar AS pada Kamis (17/3), setelah tergelincir 20,5 dolar AS atau 1,06 persen menjadi 1.909,20 dolar AS pada Rabu (16/3), dan anjlok 31,1 dolar AS atau 1,59 persen menjadi 1.929,70 dolar AS pada Selasa (15/3).

"Eskalasi lain di sekitar Ukraina akan mendorong aliran safe-haven yang signifikan ke emas, bahkan lindung nilai inflasi bergerak jika kita melihat sanksi yang memicu lonjakan komoditas lain," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Rusia dan Ukraina hampir mencapai kesepakatan tentang isu-isu kritis, kata menteri luar negeri Turki pada Ahad (20/3), tetapi permintaan untuk aset-aset berisiko mundur dan harga minyak naik karena pertempuran berlanjut. Sementara, desas-desus potensi kompromi selama akhir pekan membawa harga emas turun dari tertinggi mereka. 

"Landasan peluncuran berikutnya untuk emas akan menjadi area 1.900 dolar AS," kata Rob Lutts, kepala investasi di Cabot Wealth Management.

Pekan lalu, emas turun lebih dari 3,0 persen di tengah harapan untuk kemajuan dalam pembicaraan dan kenaikan suku bunga AS. Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan di National Association for Business Economics pada Senin (21/3) bahwa inflasi 'terlalu tinggi' dan memungkinkan kemungkinan bahwa Fed dapat menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada 2022.

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada Senin (21/3) bahwa tujuan dari kebijakan moneter Fed adalah untuk mendapatkan tingkat kebijakan sampai netral secepat mungkin. Dia melihat total enam kenaikan suku bunga seperempat poin tahun ini dan dua lagi pada 2024 untuk mendekati netral.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan, Senin (21/3), dia terbuka untuk pengetatan kebijakan yang lebih agresif, sambil memperkirakan enam kenaikan suku bunga untuk tahun 2022. Pasar menyiratkan peluang 50-50 untuk kenaikan setengah poin pada Mei dan peluang yang lebih besar lagi pada Juni.

"Bahkan jika perkiraan kenaikan suku bunga Fed menjadi kenyataan, inflasi akan tetap di depan, dan suku bunga riil negatif, menjaga lingkungan positif untuk emas dalam jangka menengah," kata analis di logam mulia Heraeus dalam sebuah catatan.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 22,6 sen atau 0,9 persen, menjadi ditutup pada 25,313 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 8,8 dolar AS atau 0,85 persen, menjadi ditutup pada 1.044,70 dolar AS per ounce.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement