Kamis 17 Mar 2022 15:17 WIB

Silaturahim ke Jombang, Kepala BNPT Ajak Santri Dakwah di Medsos  

Santri mempunyai potensi besar dakwahkan Islam moderat di medsos

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar (kanan) saat bersilaturahim kepada pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, KH Abdul Hakim Mahfidz. Boy menekankan santri mempunyai potensi besar dakwahkan Islam moderat di medsos
Foto: Dok Istimewa
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar (kanan) saat bersilaturahim kepada pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, KH Abdul Hakim Mahfidz. Boy menekankan santri mempunyai potensi besar dakwahkan Islam moderat di medsos

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar mengajak para santri untuk gencar dakwah di media sosial dengan mengembangkan narasi Islam rahmatan lil alamin. 

Dakwah di medsos penting karena medsos banyak dipakai kelompok tertentu untuk menyebarkan paham radikalisme. 

Baca Juga

Boy Rafli gencar melakukan silaturahim ke berbagai daerah untuk mengajak para santri berdakwah di media sosial. Pada awal pekan ini, Kepala BNPT berada di Jombang, Jawa Timur.  

Dia bersilaturahim ke Pondok Pesantren Tebu Ireng. Setelah diterima KH Abdul Hakim Mahfidz atau Gus Kikin, mantan Kadiv Humas Polri tersebut  ziarah ke makam pendiri NU Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari dan makam Gus Dur.  

Boy kemudian bergeser ke Pesantren Tahfidz Alquran Cinta Rosululloh, Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Jombang, Senin (14/3/2022).  

Silaturahim Kepala BNPT dilanjutkan ke Ponpes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Ia ditemani Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab berziarah ke makam pendiri NU KH Wahab Chasbullah. 

Dalam silaturahim di Jombang ini, Boy Rafli mengajak kalangan santri untuk semakin gencar berdakwah di media sosial. Pasalnya media sosial selama ini banyak dipakai kalangan tertentu untuk menyebarkan paham radikalisme. 

Paham radikalisme tersebut tidak sekadar wacana. Sebanyak 2.157 orang Indonesia berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS (Islamic State in Iraq and Syria). Mereka dimanfaatkan ISIS untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dengan melakukan pendudukan di beberapa provinsi. Kejahatan kemudian terjadi dengan pembunuhan. 

Dari jumlah 2.157 orang Indonesia di Suriah, sebagian ada yang meninggal, ditahan dan sebagian lagi kembali ke Indonesia.  

“Ada juga yang hari ini masih berada di kamp pengungsian, utamanya wanita dan anak-anak. Jumlahnya kisaran 370. Dari jumlah itu yang berusia di bawah 10 tahun sebanyak 82 anak,” kata dia.

Untuk mencegah kejadian tersebut terulang, Boy Rafli mengajak para santri untuk semakin gencar berdakwah di media sosial. “Berdakwah itu bisa juga dilakukan melalui media sosial,” kata Boy Rafli. 

Boy mengungkapkan kelompok radikal yang tak bertanggung jawab ini menggunakan narasi, tidak hanya berbahasa Indonesia tetapi juga bahasa Inggris.  

“Mereka mempropagandakan bahwa di Suriah (Syam) akan lahir negara Islam dunia yang memberikan harapan baru. Sehingga lebih dari 120 negara yang warganya terpapar dengan ajakan tersebut,” tambahnya. 

Peristiwa tersebut membuktikan bahwa narasi radikalisme berbahaya karena sanggup mempengaruhi banyak orang yang kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. 

Boy menyatakan para santri perlu terus mengembangkan narasi di media sosial bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin yang berarti bahwa Islam adalah rahmat bagi alam semesta. 

Dengan pemahaman yang baik ini, umat Islam Indonesia tidak dimanfaatkan kelompok tertentu untuk maksud kejahatan seperti saat kampanye ISIS.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement