Senin 19 Apr 2021 07:55 WIB

Doa Thalut Saat Perang dan Kunci Kemenangan Umat Islam

Thalut merupakan pemimpin yang saleh dan kerap berdoa

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Thalut merupakan pemimpin yang saleh dan kerap berdoa. Berdoa (Ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Thalut merupakan pemimpin yang saleh dan kerap berdoa. Berdoa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kisah peperangan Thalut, seorang hamba yang ditunjuk Allah SWT untuk menunjukkan kebesarannya, diabadikan dengan baik dalam Alquran. Saat menyerang pasukan musuh (Jalut), Tahlut berdoa agar Allah memberikan kemenangan kepadanya dan doa Thalut ini diabadikan dalam Aquran surat AlBaqarah ayat 250: 

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ "Rabbana afrigh ‘alaina shabran watsabbit aqdamana wanshurna ‘alal  qaumil kafirin." 

Baca Juga

“Wahai Tuhan kami, karuniakanlah ketabahan pada diri kami untuk berperang, kokohkanlah langkah kami untuk menyerbu musuh, dan tolonglah kami mengalahkan kaum kafir.”  

Ustadz Rafiq Jauhary menjelaskan, Thalut adalah seorang raja muda yang saleh. Beliau diangkat menjadi raja bagi Bani Israil sekitar 1.000 tahun sebelum Masehi, tepatnya di zaman Nabi Dawud. 

Pada masa pemerintahannya Raja Thalut harus menghadapi ribuan pasukan perang kafir yang dipimpin Jalut, sementara pasukan Muslim yang dipimpin Raja Thalut dan Nabi Daud jumlahnya sangat sedikit. Kejadian seperti ini pun berulang kali terjadi di zamannya Rasulullah Muhammad SAW. 

"Di mana pasukan kecil harus menghadapi pasukan besar yang jumlahnya beberapa kali lipat," kata Ustaz Rafiq dalam tausiyah daringnya, Sabtu (17/4). 

Lalu apa rahasia dari kemenangan umat Islam dengan jumlah pasukan kecil saat melawan kaum kafir yang jumlahnya jauh lebih banyak? Ternyata ada kesamaan doa yang dipanjatkan oleh pasukan Islam dari masa ke masa yaitu tentang kesabaran, keteguhan langkah, dan pertolongan.  

"Kesabaran adalah kunci dari segala permasalahan, sebagaimana yang diwasiatkan Luqman al-Hakim pada putranya," ujar Ustadz Rafiq lulusan Darul Hadits Al Ghamidy, Awaly, Makkah Al-Mukarromah dan Ma’had Haram Al-Makki, Makkah Al Mukarramah. 

Ustadz Rafiq mengatakan, Syekh al-Munajjid dalam kitab A'malul Qulubi menjelaskan bahwa setidaknya sabar terbagi menjadi tiga tingkatan. Sabar dalam menghadapi musibah, sabar meninggalkan maksiat, dan tingkatan tertinggi adalah sabar dalam menjalankan ketaatan. 

Pada tingkat tertinggi inilah para rasul ulul azmi dan juga ulama yang saleh diuji. Mereka harus menjalankan Amar makruf dan nahi munkar sekalipun berada di bawah ancaman penyiksaan, penjara, hingga ancaman pembunuhan.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement