Senin 05 Apr 2021 02:36 WIB

Menag Harap Pemuda Muhammadiyah Maksimalkan Kolaborasi

“Saya menyayangi Cak Nanto sebagaimana saya menyayangi Pemuda Muhammadiyah".

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto di Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah, Ahad (4/4).
Foto: Muhammad Fakhruddin
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto di Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah, Ahad (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID,MANADO – Hari terakhir gelaran Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah di Manado, Ahad (4/4) Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas hadir menyampaikan kuliah kebangsaan. Pada kesempatan tersebut, Yaqut mendorong kader Pemuda Muhammadiyah serius menjalankan roda organisasi dengan sebaik-baiknya agar masa depan Muhammadiyah terjamin dan hebat.

“Wajah Pemuda Muhammadiyah itu adalah masa depan Muhammadiyah sekaligus Muhammadiyah di masa depan. Jadi kita bisa membayangkan Muhammadiyah masa depan itu seperti apa dengan melihat Pemuda Muhammadiyah hari ini,” tuturnya.

Menteri Agama juga menyampaikan harapan besar agar Pemuda Muhammadiyah memaksimalkan ruang kolaborasi yang tersedia agar lebih menghasilkan kemaslahatan bagi kerja-kerja keumatan dan kebangsaan.

“Saya menyayangi Cak Nanto sebagaimana saya menyayangi Pemuda Muhammadiyah. Jadi tidak ada alasan bagi pemerintah terutama Kementerian Agama untuk tidak melakukan ikhtiar-ikhtiar kolaboratif dalam berdakwah terutama terutama dengan Pemuda Muhammadiyah,” tuturnya.

Sebagai Menteri Agama dari latar belakang Gerakan Pemuda Anshor Nahdlatul Ulama, Yaqut turut menyampaikan harapannya terhadap masa depan Indonesia lewat Muhammadiyah dan NU.

“Problem Keindonesiaan tidak bisa diselesaikan sendiri oleh NU saja, oleh Muhammadiyah saja, oleh Pemuda Muhammadiyah saja, apalagi oleh Anshor saja,” tuturnya mendorong kebersamaan kedua organisasi ini lebih erat dijalin.

Yaqut memandang bahwa jika NU dan Muhammadiyah bersama, Indonesia akan menjadi negara muslim terdepan dalam menggarap agenda-agenda keumatan dan kebangsaan di ranah domestik dan internasional.

“Dan saya yakin itu bisa. Saya membayangkan kalau ada dua organisasi besar namanya Nahdlatul Ulama kemudian yang satu namanya Muhammadiyah kemudian melakukan kerjasama yang sinergis untuk keumatan, dan kebangsaan, Indonesia ini tuntas,” pungkasnya.

Acara sendiri berjalan dengan sangat akrab. Yaqut tak putus-putus menyampaikan canda sebagai tanda keakraban. Di akhir pidato, Gus Yaqut panggilan akrabnya dihadiahi oleh Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Cak Nanto berupa lukisan wajah Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy’ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement