Senin 27 Apr 2020 21:22 WIB

Mengapa Perempuan Lebih Berisiko Alami Glaukoma?

Periksa glaukoma sedini mungkin untuk mencegah progresivitas.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Deteksi dini untuk mencegah hilangnya penglihatan akibat glaukoma.
Foto: Republika/Desy Susilawati
Deteksi dini untuk mencegah hilangnya penglihatan akibat glaukoma.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Widya Artini Wiyogo SpM(K) mengatakan, perempuan lebih berisiko mengalami glaukoma. Mengapa demikian?

Widya menjelaskan, faktor anatomi atau bentuk mata perempuan yang lebih kecil dibandingkan laki-laki turut berpengaruh. Mata yang lebih sempit itu menyebabkan glaukoma pada sudut mata tertentu.

Baca Juga

"Jadi ada faktor anatomi di situ, misalnya, bilik matanya dangkal, bilik mata yang sempit, kedalaman bilik mata depan yang dangkal, atau seiring pertambahan usia perempuan jadi lebih gemuk hingga mendorong iris lebih ke depan lagi,” papar dokter subspesialis glaukoma dan ketua Layanan Glaukoma JEC Eye Hospitals & Clinics ini.

Dengan bentuk anatomi seperti itu, menurut Widya, maka akan muncul rasa emosional pada wanita. Emosi memengaruhi pupil mata perempuan menjadi lebih lebar.

 

Sementara laki-laki meski pupil mayanya melebar, misalnya ketika melihat perempuan cantik, namun karena matanya lebih besar, maka jarang terjadi glaukoma. Perbandingan ukuran mata pria dan wanita itu rasionya 3:1.

"Tapi wanita karena lebih kecil, jadi kecenderungan untuk terjadinya menutup sudutnya jadi lebih besar gitu ya dibanding laki-laki. Emosinya, mungkin jadi stres,” jelasnya.

Selain itu, hasil temuan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) online, memperlihatkan bahwa dari pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit Indonesia sepanjang 2017 ada 62 orang penderita glaukoma dari umur 0 sampai 6 hari. Angkanya cenderung meningkat di setiap rentang usia.

Kelompok umur 44 tahun ke atas menjadi yang terbanyak dengan 61.882 penderita. Angka itu setara dengan sekitar 71,4 persen dari total pasien pada tahun tersebut.

Selain berusia 40 tahun ke atas, faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah memiliki riwayat keluarga yang menderita. Mereka sembilan kali lebih berpotensi glaukoma.

"Jika ada keluarga yang terkena glaukoma, periksa diri agar glaukoma bisa lebih dini lagi sehingga dapat mencegah progresivitas. Cegah jangan sampai terjadi kebutaan,” jelas Widya.

Selain itu, mereka yang menderita minus dan hiperopia tinggi juga rentan mengalami glaukoma. Faktor risiko glaukoma juga mencakup mengidap penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, dan kelainan kardiovaskular, pernah terkena cedera mata, serta menggunakan steroid dalam jangka panjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement