Ahad 19 Apr 2020 14:46 WIB

Cendekiawan Muslim Melihat Holocaust Menurut Kemanusiaan

Mehnaz Afridi cendekiawan Muslim melihat holocaust dari sisi kemanusiaan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Salah satu destinasi turis populer di Berlin, Jerman, yakni Holocaust Memorial atau tempat mengenang korban pembantaian keji Adolf Hitler.
Foto: EPA
Salah satu destinasi turis populer di Berlin, Jerman, yakni Holocaust Memorial atau tempat mengenang korban pembantaian keji Adolf Hitler.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Peristiwa Holocaust memiliki arti tersendiri bagi Yahudi Eropa. Bagaimana dengan pandangan Muslim terhadap Holocaust?

Adalah Dr Mehnaz Afridi yang bekerja untuk menciptakan pemahaman melalui penerimaan dan Holocaust.

Baca Juga

Meski tidak mewakili pandangan Muslim secara umum terkait holocaust, sebagai Direktur Pusat Holocaust Muslim pertama di dunia, Afridi, profesor studi agama di Manhattan College dan Direktur Holocaustb itu, Genocide & Interfaith Education Center, menawarkan perspektif unik tentang penganiayaan dan pembunuhan orang Yahudi di Eropa. 

"Saya seorang Muslim yang menentang anti-semitisme. Saya adalah saksi Muslim bagi banyak orang yang selamat yang telah berbicara kepada saya tentang Holocaust." kata Afridi dilansir di Jerusalem Post, Sabtu (18/4). 

Pusat ini mendidik orang-orang tentang Holocaust dan genosida, menekankan pentingnya peristiwa-peristiwa ini di masa kini, sambil mengembangkan pemahaman di antara berbagai agama, budaya, dan komunitas. 

Afridi juga anggota komite etika dan agama dari Museum Memorial Holocaust Amerika Serikat di Washington.

Menurut Afridi, orang bijak pernah mengingatkan kita bahwa Holocaust tidak dimulai di gerbang kamp konsentrasi. 

Namun Holocaust dimulai dengan kata-kata dan retorika yang tumbuh menjadi prasangka dan kemudian tindakan diskriminasi dan kekerasan yang bermotivasi bias, dan akhirnya genosida.

Afridi, penulis buku ‘Shoah melalui Mata Muslim,’ menolak mitos polokimia tentang Holocaust dan orang-orang Yahudi dan berupaya untuk menciptakan pemahaman antara dua komunitas melalui penerimaan dan dahsyatnya Holocaust. 

"Saya seorang Muslim yang percaya bahwa kita harus fokus pada upaya untuk memahami agama dan kepercayaan lain," katanya. 

Sebagai Direktur Pusat Pendidikan Holocaust, Genosida & Antar Agama, Afridi bekerja untuk melestarikan memori Holocaust melalui karya siswa, komunitas, dan penyintas lokal.

Mengutip statistik yang mengindikasikan peningkatan antisemitisme selama empat tahun terakhir, dia mengatakan bahwa kita harus saling membela ketika kita melihat lonjakan kebencian di seluruh dunia untuk 2016 hingga 2020.

Satu pelajaran penting tentang kecenderungan kebencian adalah bahwa ini meningkat ketika tidak dicek. Ketika dihadapkan dengan intoleransi, kata Afridi, mudah bagi orang untuk mengabaikannya, dan untuk menghindari keterlibatan. 

Ketika dunia berhenti untuk mengingat Holocaust, jutaan yang mati, dan mereka yang selamat, Dr Afridi mengakui bahwa bagi generasi muda, Holocaust dapat terdengar seperti sejarah kuno. Namun demikian, katanya, penting untuk diingat, dan untuk terus mengucapkan 'Tidak Lagi'. 

March of the Living tahun ini telah dibatalkan karena virus corona yang telah menyebar ke seluruh dunia.  

Sebagai gantinya, Virtual March of the Living Ceremony yang diselenggarakan oleh International March of The Living dan Pusat Miller untuk Perlindungan dan Ketahanan Masyarakat di Universitas Rutgers, akan berlangsung pada Hari Peringatan Holocaust, 21 April, pukul 19:00 EST stasiun tivi JBS TV dan situs web March of the Living dan halaman Facebook.

Program ini akan mencakup: Presiden Israel, Reuven Rivlin;  kesaksian tangan pertama dari para penyintas Holocaust yang terkenal Edward Mosberg dan Irving Roth,  pidato utama dari Mehnaz Afridi, dan tokoh-tokoh lainnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement