REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendekati Hari Raya Idul Fitri, sejumlah perusahaan otobus (PO) di Terminal Rawamangun, Jakarta Timur, mulai menaikkan tarif. Bahkan kenaikan tarif itu sudah diberlakukan sejak hari Senin (6/7) lalu.
Dari hasil pantauan di lapangan, umumnya kenaikan tarif dilakukan secara bertahap hingga H-1 lebaran nantinya. Adapun rata-rata kenaikan tarif berkisar antara 15 hinga 20 persen.
Salah satu PO bus yang sudah menaikkan tarif yakni Malino Putra jurusan Surabaya, Malang dan Tuban. Saat ini tarifnya sudah naik menjadi Rp 275 ribu dari sebelumnya yang hanya Rp 250 ribu.
"Ini juga akan naik lagi secara bertahap. Tanggal 10 Juli nanti naik lagi menjadi sekitar Rp 400 ribu. Bahkan tanggal 13-15 Juli bisa mencapai Rp 600 ribu," ujar petugas tiket, Kamis (9/7).
Sementara itu, Urip (40) salah satu petugas tiket PO Bus Gunung Harta, menjelaskan saat ini untuk jurusan Jakarta-Surabaya harganya sudah mencapai Rp 350 ribu. Padahal sebelumnya harga tiket masih normal yakni Rp 280 ribu.
"Harga tiket PO Bus Gunung Harta jurusan Surabaya, saat ini sudah naik. Bahkan tanggal 14-15 Juli nanti, naik lagi hingga mencapai Rp 550 ribu. Semua PO Bus di sini memang sudah menaikkan tarif secara bertahap," jelasnya.
Di sisi lain, seorang pemudik, Jefry (37) mengaku tidak mempersoalkan kenaikan tarif. Pasalnya hal itu merupakan siklus tahunan yang tidak bisa dihindari. Pemudik yang hendak pulang kampung ke Padang, Sumatera Barat telah merasakan kenaikan harga tiket. Jefry yang menggunakan PO Bus ANS, dikenai tarif Rp 500 ribu. Padahal hari biasanya hanya Rp 350-400 ribu per orang.
"Sekarang tiketnya sudah naik tapi enggak apa, mumpung belum besar kenaikannya. Kalau mendekati Lebaran naiknya malah lebih besar lagi. Makanya sengaja mudik sekarang untuk menghindari kenaikan tarif itu dan kemacetan," ujarnya.
Dengan kondisi seperti ini, bukan tidak mungkin harga tiket Bus akan menanjak naik hingga H-1 nanti. Hal ini pun telah menjadi siklus tahunan yang memang selalu hadir dalam hari besar seperti Lebaran.