REPUBLIKA.CO.ID, KASHGAR -- Otoritas Cina memberlakukan sejumlah larangan bagi Muslim Uighur. Pegawai pemerintah dan pelajar dilarang berpuasa. Namun, Muslim Uighur tak berdiam diri.
Di Kashgar, provinsi Xinjiang, Muslim Uighur melawan. Di kota paling barat Cina itu yang berbatasan dengan Tajikistan dan Kyrgystan, penduduk lokalnya justru semakin giat dan khusyu beribadah. Muslim di sini menemukan cara menegakkan Islam meski ditekan.
Hampir seluruh toko di Kashgar tutup saat siang. Begitu sore menjelang, mulai tampak kerumunan warga yang keluar rumah. Puluhan laki-laki dengan menggandeng anak-anak mereka datang ke masjid untuk menunaikan shalat tarawih berjamaah. Anak-anak berdiri di samping orangtuanya meniru gerakan shalat.
"Tentu hal ini (membawa anak-anak ke masjid) melanggar hukum, tapi kami tetap melakukannya," kata seorang warga Ghulam Abbas, dikutip dari Al Jazeera, Ahad (6/7). Dia menambahkan, sudah menjadi tradisi orangtua mengirim anaknya ke maktaps atau sekolah paruh waktu di masjid. Di sekolah itu, anak-anak belajar menghafal Alquran. Namun, tradisi ini kini dilarang.
Saat ditanya apakah Uighur sekarang sudah lupa melafalkan Alquran, Abbas lantas menyuruh anak laki-lakinya yang berusia delapan tahun melafalkan beberapa ayat Alquran. "Mereka ingin anak-anak kami melupakan islam. Kami tidak diizinkan mengajarkan mereka Alquran, tapi kami melakukannya secara diam-diam di rumah," kata Abbas.